Minggu, 01 April 2012

AKULTURASI BUDAYA DI INDONESIA

PERPADUAN TRADISI LOKAL, HINDU - BUDHA DAN ISLAM DI BERBAGAI DAERAH DI INDONESIA


Standar Kompetensi
Menganalisis perjalanan bangsa Indonesia pada masa negara-negara tradisional
Kompetensi dasar
Menganalisis proses interaksi antara tradisi lokal, Hindu - Budha dan Islam di Indonesia.
Indikator :
 Mengidentifikasi perpaduan tradisi lokal, Hindu - Budha, dan Islam dalam institusi sosial masyarakat di berbagai daerah.
 Menganalisis proses percampuran kepercayaan lokal, Hindu - Budha, dan Islam dalam kehidupan keagamaan masyarakat di kerajaan-kerajaan bercorak Islam.
 Menganalisis prorses pencampuran arsitek lokal, Hindu -_Budha, dan Islam di berbagai wilayah Indonesia


Nilai Tradisi Lokal

Membahas Nilai-nilai tradisi lokal bangsa Indonesia, berarti kita membahas perkembangan kebudayaan Indonesia. Bangsa Indonesia sudah memiliki budaya asli sebagai berikut,
 Sistem Astronomi
 Sistem Kemasyarakatan
 Sistem Macapat
 Kesenian Wayang
 Kesenian Gamelan
 Kesenian Batik dan Tenun
 Teknologi Pengecoran Logam
 Sistem perdagangan dan Pelayaran
Juga memiliki sistem kepercayaan yang melukiskan kebudayaan Megalithikum seperti :
 - Menhir
 - Kubur batu
 - Sarkofagus
 - Dolmen
 - Punden berundak

PERPADUAN TRADISI LOKAL DENGAN TRADISI HINDU-BUDHA

Kedatangan agama (budaya). Hindu-Budha banyak membawa perubahan dalam perkembangan budaya Indonesia. Terlihat pada wujud akulturasi budaya meliputi :

Seni Bangunan
 Candi
Terdiri dari unsur Indonesia, yaitu Punden Berundak, sedang unsur India adalah Stupa
 Yupa dari Kutai.
Unsur Indonesia asli adalah Menhir, sedang unsur India Prasasti dan tiang untuk
menambatkan binatang kurban.
 Lingga dan Yoni (lambang kesuburan)
Unsur India adalah Lingga Yoni sedang unsur Indonesia asli adalah Alu dan Lumpang.

Seni Rupa dan Seni Ukir
 Bisa dilihat pada relief yang dipahatkan pada dinding candi :
Misal : - Pada dinding langkan Candi Borobudur dipahatkan riwayat sang Budha.
- Pada dinding Candi Prambanan dipahatkan cerita Ramayana.

Seni Sastra (Prosa dan Tembang / Puisi)
 Berdasarkan isinya kesusastraan dikelompokkan menjadi 3 :
 Tutur (pitutur = kitab keagamaan)
 Kitab Hukum
 Wiracarita (kepahlawanan)

Filsafat
 Penduduk Indonesia sudah sejak masa prasejarah percaya adanya kehidupan sesudah mati yaitu sebagai roh halus. Kehidupan roh halus memiliki kekuatan, oleh sebab itu roh nenek moyang dipuja orang yang masih hidup. Setelah pengaruh India masuk, hal ini tidak punah. Misal : fungsi candi sebagai makam raja atau penyimpan abu jenazah raja.

Sistem Pemerintahan
 Salah satu bukti akulturasi dalam bidang pemerintahan, yaitu berdirinya Kerajaan, misalnya seorang raja yang sebelumnya adalah kepala suku, harus berwibawa dan dipandang memiliki kekuatan gaib sehingga raja terasa selalu dekat.

Sistem Kepercayaan
 Setelah masuk dan berkembangnya agama Hindu - Budha, maka terjadi pula akulturasi kepercayaan. Pada masa prasejarah, kepercayaan utama masyarakat Indonesia adalah pemujaan roh nenek moyang dengan sarana pemujaan beruapa Menhir, dolmen dan Punden Berundak.

Sistem Kalender
 Pada zaman prasejarah, masyarakat Indonesia telah mengenal astronomi yang digunakan untuk kepentingan praktis, misal untuk menentukan letak bintang sehingga mengetahui arah angin pada waktu berlayar dan kapan mengadakan kegiatan pertanian.

PERPADUAN TRADISI LOKAL (PRA ISLAM) DENGAN TRADISI ISLAM

Masa Pra Islam (menjelang Islam masuk ke Indonesia) tradisi yang berkembang adalah pengaruh Hindu - Budha sedangkan pada Islam masuk maka perpaduan tradisi terjadi pengaruh Islam mulai masuk ke segala aspek kehidupan bentuk akulturasi yang terjadi sebagai berikut :

NON FISIK

Yaitu yang tidak berwujud kebendaan, tetapi berupa adat - isti adat, nilai-nilai atau tradisi lain yang berkembang di masyarakat. Contoh :
- Upacara Sekaten
 Peninggalan sejarah yang bercorak Islam dalam bentuk seni pertunjukan adalah perayaan Garebek Besar dan Garebek Maulud (perayaan Sekaten). Perayaan Garebek Besar dan Garebek Maulud dilakukan di Demak, Surakarta, Yogyakarta, Cirebon, Banten, dan Aceh. Di Yogyakarta, Surakarta, dan Cirebon perayaan Maulud disebut Sekaten.
 Istilah sekaten berasal dari kata syahadatain, pengakuan percaya kepada ajaran agama Islam, tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad SAW adalah Rasul-Nya.
 Sekaten diperkenalkan oleh Raden Patah di Demak pada abad ke-16. Pada saat itu orang Jawa beralih memeluk agama Islam dengan mengucapkan shahadatain. Oleh karena itu, penggunaan nama sekaten pada perayaan tersebut menjadi terkenal. Perayaan Sekaten kemudian diteruskan oleh sultan-sultan berikutnya sehingga menjadi perayaan tahunan. Pada perayaan ini seluruh pusaka kerajaan Yogyakarta dan Surakarta dibersihkan dalam upacara penyucian khusus. Selain itu, sultan membagikan berkah berupa lima jenis nasi yang dibentuk seperti gunung. Kelima macam nasi tersebut mewakili jagad atau dunia orang Jawa.
 Dari peninggalan budaya Sekaten, cobalah cari dan sebutkan bagian-bagian yang merupakan bentuk budaya lokal, Hindu–Budha dan Islam!

- Ziarah Ke Makam
 Ziarah bagi sebagian masyarakat Indonesia sudah mentradisi. Ziarah berasal dari bahasa Arab, artinya mengunjungi. Istilah ziarah disebut juga dengan sowan (mengunjungi) dan nyekar (meletakkan bunga di atas makam). Ziarah dipercaya dapat membawa berkah dunia dan akhirat.
 Ziarah biasanya dilakukan di makam keluarga, makam wali, makam tokoh penting agama, makam raja, atau di makam tokoh penting masyarakat lainnya. Orang melakukan ziarah dengan tujuan berbeda-beda, misalnya untuk mendapatkan anugerah dengan memuja roh nenek moyang, mensyukuri kebesaran Tuhan, mengingatkan tentang akhirat, menghormati orang yang telah meninggal, atau melanggengkan hubungan antara orang hidup dan yang telah mati. Tradisi ziarah dipengaruhi oleh kebudayaan Indonesia lama (kebudayaan lokal) dan kebudayaan Hindu–Budha berupa tradisi pemujaan terhadap arwah nenek moyang.

FISIK

Seni Bangunan (arsitektur)

Asli Indonesia : atap tingkat, prondasi kuat, bentuk bujur sangkar, serambi depan, dan samping, parit depan dan samping.

Makam
 Asli Indonesia : bentuk gugusan cungkup
 Islam : bertulis Arab dan kaligrafi,
contoh : makam Putri Suwari dari Gresik, Makam Sendang Duwur Tuban.

Masjid
Bentuk akulturasi bangunan masjid :
 Atap tumpang : Masjid Agung Cirebon, Ketangka di Sulawesi, Masjid Angke Tambura Jakarta, Masjid Demak, Masjid Baiturrahman Aceh, Masjid Agung Banten.
 Bentuk bujur sangkar, ada serambi baik depan maupun samping.
 Ada menara masjid dan beratap kubah.

Menara Masjid
Menara Masjid Kudus berbentuk candi

Seni Rupa
 Relief
 Kaligrafi

Seni Sastra
 Hikayat yaitu cerita atau dongeng belaka, contoh : Hikayat Amir Hamzah, Bayan Budiman, Cerita 1001 malam.
 Babad yaitu : Hikayat yang digubah dalam cerita sejarah, contoh : Babad Tanah Jawi, Babad Cirebon, Babad Mataram, Babad Surakarta.
 Suluk yaitu kitab yang berisi tasawuf, contoh : Suluk Sukarsa, Suluk Wijil, Suluk





 10Belalai gajah merupakan persahabatan dengan India yang beragama Hindu,kepala naga melambangkan persahabatan dengan Cina yang beragamaBuddha, dan badan burak lengkap dengan sayapnya, melambangkanpersahabatan dengan Mesir yang beragama Islam.Kereta ini dibuat oleh seorang arsitek kereta Panembahan Losari danpemahatnya Ki Notoguna dariKaliwulu. Pahatan pada kereta itumemang detail dan rumit. Mencirikanbudaya khas tiga negara sahabat itu,pahatan
wadasan
dan megamendungmencirikan khas Cirebon, warna-warna ukiran yang merah-hijaumencitrakan khas Cina. Dalam keretaitu, tiga budaya (Buddha, Hindu, danIslam) digambarkan menjadi satudalam trisula di belalai gajah.2.

Keraton Kasepuhan CirebonBangunan arsitektur dan interior Keraton Kasepuhan menggambarkanberbagai macam pengaruh, mulai dari gaya Eropa, Cina, Arab, maupunbudaya lokal yang sudah ada sebelumnya, yaitu Hindu dan Jawa. Semuaelemen atau unsur budaya di atas melebur pada bangunan KeratonKasepuhan tersebut.Pengaruh Eropa tampak pada tiang-tiang bergaya Yunani. Arsitektur gayaEropa lainnya berupa lengkungan ambang pintu berbentuk setengahlingkaran yang terdapat pada bangunan Lawang Sanga (pintu sembilan).Pengaruh gaya Eropa lainnya adalah pilaster pada dinding-dindingbangunan, yang membuat dindingnya lebih menarik tidak datar. Gayabangunan Eropa juga terlihat jelas pada bentuk pintu dan jendela pada


 11bangunan bangsal Pringgondani, berukuran lebar dan tinggi sertapenggunaan jalusi sebagai ventilasi udara.Bangsal Prabayasa berfungsisebagai tempat menerima tamu-tamu agung. Bangunan tersebutditopang oleh tiang saka darikayu. Tiang saka tersebut diberihiasan motif 
tumpal
yangberasal dari Jawa.Pengaruh arsitektur Hindu-Jawa yang jelas menonjol adalah bangunan SitiHinggil yang terletak di bagian paling depan kompleks keraton. Seluruhbangunannya terbuat dari konstruksi batu bata seperti lazimnya bangunancandi Hindu. Kesan bangunan gaya Hindu terlihat kuat terutama padapintu masuk menuju kompleks tersebut, yaitu berupa gapura berukuransama atau simetris antara bagian sisi kiri dan kanan seolah dibelah.Pada dinding kiri dan kanan bangsal Agung diberi hiasan tempelanporselen dari Belandaberukuran kecil 110 x 10cm berwarna biru (
blauwedelft 
) dan berwarna merahkecoklatan. Pada bagiantengahnya diberi tempelanpiring porselen Cinaberwarna biru. Lukisanpada piring tersebutmelukiskan seni lukis Cina dengan teknik perspektif yang bertingkat.Secara keseluruhan, warna keraton tersebut didominasi warna hijau yangidentik dengan simbol Islami. Warna emas yang digunakan pada beberapa


 12ornamen melambangkan kemewahan dan keagungan dan warna merahmelambangkan kehidupan ataupun surgawi. Bangunan KeratonKasepuhan menyiratkan perpaduan antara aspek fungsional dan simbolismaupun budaya lokal dan luar. Mencerminkan kemajemukan gayamaupun kekayaan budaya bangsa Indonesia.3.

BarongsaiKesenian Barongsai, yang awalnya berasal dari Kebudayaan Tionghoa,kini telah berakulturasi dengan kesenian lokal.





Kesenian Barongsai






Budaya Cina Perantauan di Indonesia
Wayang potehi
Kesenian ini mirip wayang golek (wayang kayu), namun cerita yang ditampilkan berasal dari legenda rakyat tiongkok, seperti Sampek Engthay, Sih Djienkoei, Capsha Thaypoo, Sungokong, dll
bacang
Dahulu bacang diyakini orang China adalah makanan untuk menghormati seorang pahlawan yang mati akibat difitnah orang bentuk peringatan adalah makan bakcang (Hanzi:
肉粽, hanyu pinyin: rouzong) Penganan ini terdiri dari daging cacah sebagai isi dari beras ketan dibungkus daun bambu dan diikat tali bambu. Di beberapa tempat Indonesia,diadakan festival memperingati sembahyang bacang atau disebut juga Duan Wuji.
Festival ini disebut pehcun. Atraksi yang menjadi maskot festival ini adalah perlombaan balap perahu naga.Duanwu Jie (Hanzi:
端午節) atau yang dikenal dengan sebutan festival Peh Cun di kalangan Tionghoa-Indonesia adalah salah satu festival penting dalam kebudayaan dan sejarah Tiongkok. Peh Cun adalah dialek Hokkian untuk kata pachuan (Hanzi: 扒船, bahasa Indonesia: mendayung perahu). Walaupun perlombaan perahu naga bukan lagi praktek umum di kalangan Tionghoa-Indonesia, namun istilah Peh Cun tetap digunakan untuk menyebut festival ini.
Festival ini dirayakan setiap tahunnya pada tanggal 5 bulan 5 penanggalan Imlek dan telah berumur lebih 2300 tahun dihitung dari masa Dinasti Zhou.Dan perlombaan dayung perahu naga. Karena dirayakan secara luas di seluruh Tiongkok, maka dalam bentuk kegiatan dalam perayaannya juga berbeda di satu daerah dengan daerah lainnya. Namun persamaannya masih lebih besar daripada perbedaannya dalam perayaan tersebut.
Kiasu
Kiasu adalah ejaan Hokkien (fujianese) untuk Bhashu / pasu. Jargon ini sangat sering didengungkan di Singapura.
Istilah ini mengandung arti (kira-kira) suatu ketakutan akan tertinggal karena kurang menguasai ilmu.
Ai Pia Cia E Ya 爱拼才会赢 
爱拼才会赢 atau dalam mandarin = Ai Pin Cai Hui Ying Adalah "Lagu kebangsaan" suku Hokkien di seluruh dunia. Isi lirik lagu dari Taiwan ini mencerminkan etos kerja dan spirit berusaha yang sangat tinggi dari suku ini. Sebagaimana umumnya lagu-lagu Hokkien lainnya, lagu ini sangat menjiwai, bukankah arti judulnya saja "Cinta (suka) berjuang baru bisa menang"
Budaya Cina Peranakan Banyak budaya, aksen maupun produk tionghoa yang bukan berasal dari negeri cina daratan, namun merupakan produk setempat yang dinamai istilah cina. Kalau di Malaysia, kita kenal ikan Louhan yang bukan dari Cina, tapi "penemuan" peternak ikan China dari Malaysia, di Indonesia kita mengenal "lontong capgomeh" yang tidak ada di negeri cina, maupun wingko babat yang berasal dari kota Babat di Jawa Timur.
Budaya blasteran Cina-Indonesia
Tak hanya etnik saja yang sudah berasimilasi, aspek lain juga ikut berasimilasi: Makanan
Contoh: Lunpia semarang, isi utamanya adalah irisan kulit rebung sedangkan lunpia yang dari China isi utamanya
mihun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar